Erlass Prokreatif Indonesia

A+ R A-

Menjaga Kepemimpinan yang Berkesinambungan

E-mail Print PDF

Seringkali kita mendengar kalimat “Managing a company culture is about managing people” (Mengelola budaya perusahaan berkaitan dengan mengelola orang) dalam dunia usaha.   Dengan berbagai bagian dan kegiataan yang berbeda dalam perusahaan, maka diperlukan kepemimpinan yang efektif dan efisien untuk memaksimalkan target.  Sebagaimana terdapat dalam pelatihan Practical Managing People Skill bersama business coach Bapak Freddy Liong.

Pelatihan intensif yang dihadiri oleh karyawan PT. Penerbit Erlangga dari bagian Editor, New Business Development, Akunting, Sekolah Erlass, Supporting, Marknas dan Eureka diselanggarakan pada hari Selasa 15 Januari 2019 bertempat di Gedung S, GAP Ciracas. Narasumber menekankan pentingnya menggerakkan orang lain dengan menggunakan leverage (pengungkit) untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan.  Dari contoh ilustrasi mendorong batu besar, terdapat perbedaan antara menggunakan alat untuk meringankan beban dan mendorong batu sendiri.  Di sinilah peran smart leader menjadi sangat penting karena leverage yang digunakan untuk menggerakkan anak buah bersama keterampilan teknis.    Sementara peran stupid leader mengerjakan semuanya sendiri dengan menyuruh, mengkontrol, mengomel dan ambil alih dari anak buahnya.

Dalam mengusut masalah yang dihadapi peserta, ditawarkan beberapa cara untuk mengetahui staf yang dimaksud.  Mulai dari cara memahami tugas, cara kerja hingga perilaku staf.   Dukungan yang diperlukan untuk mendorong staf adalah memberi motivasi, melatih dan mengenal kondisi staf.   Pemetaan karyawan tidak kalah penting agar staf tetap termotivasi dan tergantung dari hasil pemetaan, perlu diberi koordinasi.  Dengan melihat tingkat skill (keterampilan) dan attitude (sikap) mereka,   misalnya  staf tipe jarum jam yang konsisten hanya perlu diberi sehari satu kali koordinasi, sementara tipe kapal layar diberi koordinasi sehari dua kali koordinasi dan tipe bola bowling diberi sehari tiga kali koordinasi.

Selanjutnya dalam pembahasan berikutnya, ketika  memberi dan menjelaskan tugas kepada anak buah, perlu membangun kepercayaan dan saling menghormati.  Berawal dengan give and take untuk meraih kepercayaan dan disusul enam butir lainnya dari melatih, melibatkan, mempermudah, mendengarkan ide-ide anak buah, pemecahan masalah (problem solving) dan mengambil keputusan cepat.

Dalam kegiatan harian, penerapan delapan teknik menggerakkan orang.  Dari blusukan, mendeteksi blind spot yakni masalah yang tidak diketahui, memberi bimbingan kepada staf, rapat koordinasi setiap hari selama 10 menit, melibatkan staf, melatih bawahan, penyelesaian masalah rutin secara mandiri dalam 60 menit dan morning briefing.

Melihat ke depan, tidak terlepas tantangan menjaga hubungan dengan staf dari generasi berbeda.  Terutama generasi millennial sekarang ini yang lahir antara tahun 1982-1995.  Generasi ini cenderung telah terbiasa bekerja dalam grup sejak masa SMP, dibanjiri teknologi digital, berpendidikan tinggi dan pindah kerja empat kali dalam 10 tahun.  Mereka kritis dan mengincar suasana kantor seperti Google dan GoJek dengan keleluasaan dari berbagai fasilitasnya dan suasana sangat nyaman.

Sementara akan lebih sulit lagi bagi perusahaan untuk mendapatkan staf dengan keterampilan dan sikap yang baik dari generasi Z yang lahir antara tahun 1991 dan 2005.  Mengingat mereka dipengaruhi teknologi dan didorong berwirausaha.   Apapun generasinya, penting untuk mengakui kelebihan seorang staf guna mengoptimalkan kegiatan perusahaan.

Pelatihan yang sangat berguna bagi para pemimpin dan calon pemimpin ini, diharapkan dapat menghasilkan pemimpin-pemimpin yang cerdas  dalam memimpin dan mengatur SDM di divisinya serta dapat membina hubungan yang efisien dan ekfektif terhadap atasan, rekan kerja dan anak buahnya, sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan.